Rabu, 14 Desember 2011


JEMBATAN AMBRUK “ KUTAI, KALIMANTAN TIMUR”


Setelah robohnya Mahakam II mencerminkan betapa kusut pengelolaan jembatan gantung di Tenggarong , Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur itu. Dari bukti-bukti yang ada faktor alam sulit dijadikan kambing hitam. Kemungkinan terjadi pergeseran tanah kecil sekali, karena wilayah ini tidak berada di jalur gunung api. Tak ada pula angin besar seperti ketika Tacoma Narrow Bridge di Washington, Amerika Serikat rontok tujuh dekade silam. Besar kemungkinan robohnya kecerobohan manusia. Temuan Kementrian Pekerja Umum tak jauh berbeda. Penyambungan kabel gantung dan kabel utama pada jembatan itu terlepas. Dampaknya sangat fatal. Putusnya tali berefek domino yang pada akhirnya meruntuhkan jembatan. Versi Bukaka tentang penyebab ambruknya jembatan yaitu proses pembangunan dan perawatan yang tak sesuai dengan standard perlu diteliti. Fakta lain yang harus diselidiki polisi adalah kemungkinan penyelewengan dalam proses pembangunan. Analisis Bukaka bahwa jembatan gantung sepanjang 170 meter ini sudah sejak awal bermasalah. Usia jembatan saat ini baru 10 tahun padahal menurut para ahli seharusnya masa layak jembatan sedikitnya 30 tahun. Jembatan Tenggarong pun tercatat sudah 3 kali direhabilitasi. Artinya kondisinya sangat ringkih. Salah satu jembatan terpanjang dunia Golden Gate di San Fransisco misalnya sejak didirikan pada 1937 baru dicat ulang 27 tahun kemudian untuk melawan korosi. Kesimpulan akhir penyebab runtuhnya jembatan memang masih harus menunggu hasil penyelidikan polisi dan uji sampel kualitas material di Institut Teknologi Bandung. Namun, dari sederet fakta yang ada sulit ditampik ada berbagai indikasi ketidakberesan dari proses perawatan, pembangunan, hingga perbaikan jembatan.


referensi : media massa cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar