KARL
MARX

Pada
tahun 1849 Marx pindah ke London, dan karena kegagalan revolusi politiknya pada
tahun 1848, ia mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner aktif dan beralih
ke penelitian yang lebih serius dan terperinci tentang bekerjanya sistem
kapitalis. Pada tahun 1952, ia mulai studi terkenalnya tentang kondisi kerja
dalam kapitalisme di British Museum.
Studi-studi ini
akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital, yang jilid pertamanya terbit
pada tahun 1867, dua jilid yang lain terbit setelah ia meninggal. Ia hidup
miskin selama tahun-tahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan
sedikitnya pendapatan dari tulisan-tulisannya dan dari bantuan Engels. Pada
tahun 1864 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung dengan International, gerakan pekerja internasional. Ia segera
mengemuka dalam gerakan ini dan menghabiskan selama beberapa tahun di dalamnya.
Ia mulai meraih ketenaran baik sebagai pemimpin International maupun sebagai penulis buku Capital. Namun disintegrasi yang dialami International pada tahun 1876, gagalnya sejumlah gerakan
revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir karier Marx.
Istrinya meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx
sendiri pada tanggal 14 Maret 1883.
Konsep
Marx tentang Manusia (humanisme)
a. Sifat
Dasar Manusia
Bagi Marx, konsepsi tentang sifat
dasar manusia yang tidak memperhitungkan faktor-faktor sosial dan sejarah
adalah salah, akan tetapi melibatkan faktor-faktor itu juga tidak sama dengan
tidak menggunakan konsepsi tentang sifat dasar manusia sama sekali. Marx sering
menggunakan istilah species being.
Yang dia maksud adalah potensi-potensi dan kekuatan-kekuatan yang unik yang
membedakan kita dengan spesies yang lain.
Sebagaian Marxis, seperti Louis
Althusser (1969: 229), berpendapat bahwa Marx dewasa tidak meyakini adanya
sifat dasar manusia apa pun. Tentu saja ada alasan-alasan untuk menganggap
sifat dasar manusia tidak penting bagi seseorang yang tertarik mengubah
masyarakat. Ide-ide tentang sifat dasar manusia seperti ketamakan,
kecenderungan pada kekerasan, perbedaan gender “alamiah” kita sering digunakan
untuk menentang perubahan sosial apa pun. Konsepsi-konsepsi sifat dasar manusia
itu konservatif. Jika problem-problem kita disebabkan oleh sifat dasar kita,
maka kita lebih baik belajar untuk membiasakan diri untuk mencoba mengubah
segala sesuatu.
Meskipun demukian, jelas sekali
bahwa Marx memiliki konsep sifat dasar manusia (Geras, 1983). Beberapa konsepsi
tentang sifat dasar manusia adalah bagian dari teori sosiologi. Konsep kita
tentang sifat dasar manusia mendikte bagaimana masyarakat bisa disokong dan
diubah, akan tetapi yang paling penting bagi teori Marx adalah, anjurannya
bagaimana masyarakat harus diubah.
b. Kerja
Bagi Marx, spesies manusia dan sifat dasarnya
terkait erat dengan kerja. Bagian penting pandangan Marx tentang hubungan antara
kerja dan sifat dasar manusia diantaranya, pertama, yang membedakan kita dengan
binatang adalah bahwa kerja kita mewujudkan suatu hal di dalam realitas yang
sebelumnya hanya ada di dalam imajinasi. Produksi kita merefleksikan tujuan
kita. Marx menyebut proses di mana kita menciptakan objek-objek eksternal di
luar pikiran internal kita dengan objektivikasi. Kedua, kerja ini bersifat
material. Ia bekerja dengan alam material untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
material kita. Ketiga, Marx percaya bahwa kerja ini tidak hanya mengubah alam,
tetapi juga mengubah kita, termasuk kebutuhan, kesadaran, dan sifat dasar kita.
Kerja, oleh karena itu, pada saat yang sama merupakan (1) obyektivikasi tujuan
kita, (2) pembentukan suatu relasi yang esensial antara kebutuhan manusia
dengan obyek-obyek material kebutuhan kita, dan (3) transformasi sifat dasar
kita.
c. Alienasi
Walaupun
Marx percaya bahwa ada hubungan yang inheren antara kerja dan sifat dasar
manusia, tetapi dia juga berpendapat kalau hubungan ini telah diselewengkan
oleh kapitalisme. Dia menyebut hubungan yang diselewengkan ini dengan alienasi (D.Cooper, 1991; Meisenhelder,
1991).
Walaupun
individulah yang mengalami alienasi dalam masyarakat kapitalis, fokus analitis
dasar Marx adalah struktur kapitalisme yang jadi biang alienasi ini (Israel,
1971). Marx menggunakan konsep alienasi untuk menyatakan pengaruh produksi
kapitalis terhadap manusia dan terhadap masyarakat. Hal terpenting yang patut
dicatat di sini adalah sistem dua kelas di mana kapitalis menggunakan dan
memperlakukan para pekerja (dan dengan cara demikian, waktu kerja mereka) dan
alat-alat produksi mereka (alat-alat dan bahan mentah) sebagaimana
produk-produk akhir dan para pekerja dipaksa menjual waktu kerja mereka kepada
kapitalis agar mereka bisa bertahan.
Teori
Kelas Sosial
Teori
kelas dari Marx berdasarkan pemikiran bahwa: “sejarah dari segala bentuk
masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian antar
golongan”. Menurut pandangannya, sejak masyarakat manusia mulai dari bentuknya
yang primitif secara relatif tidak berbeda satu sama lain, masyarakat itu tetap
mempunyai perbedaan-perbedaan fundamental antara golongan yang bertikai di
dalam mengejar kepentingan masing-masing golongannya. Dalam dunia kapitalisme
misalnya, inti dari kapitalisme yaitu pabrik lebih merupakan tempat utama
terjadinya pertentangan-pertentangan antara golongan yaitu mereka yang
mengeksploitir dan mereka yang dieksploitir, antara pembeli dan penjual dan
antara buruh dan majikan; daripada merupakan tempat terjadinya kerja sama yang
fungsional. Kepentingan golongan serta konfrontasi fisik yang ditimbulkannya
adalah merupakan faktor utama dari proses sosial di dalam sejarah.
Analisis
Marx selalu mengemukakan bagaimana hubungan antara manusia terjadi dilihat dari
hubungan antara posisi masing-masing terhadap sarana-sarana produksi, yaitu
dilihat dari usaha yang berbeda dalam mendapatkan sumber- sumber daya yang
langka. Ia mencatat bahwa perbedaan atas sarana tidak selalu menjadi penyebab
pertikaian antar golongan. Tetapi dia membenarkan bahwa tiap golongan
masyarakat mempunyai cara khas yang dapat menimbulkan konflik antar golongan
karena masyarakat secara sistematis menghasilkan perbedaan pendapat antara
orang-orang atau golongan yang berbeda tempat atau posisinya di dalam suatu
struktur sosial dan lebih penting lagi dalam hubungannya dengan sarana
produksi. Marx memiliki anggapan yang begitu kuat bahwa posisi di dalam
struktur sedemikian ini selalu mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki nasib
mereka.
Meskipun
demikian, sesungguhnya kepentingan golongan di dalam sosiologi Marx tidak
dianggap sebagai sesuatu yang paling utama. Orang-orang berkembang di bawah
lindungan orang-orang lain yang menduduki posisi sosial tertentu dan menuju ke
arah keadaan sosial tertentu pula. Demikian yang terjadi di dalam perusahaan
industri pada mulanya dimana pertikaian telah memecah kepentingan personal dari
sekelompok orang-orang yang tidak saling mengenal satu sama lain. tetapi demi
mempertahankan upah mereka, kepentingan personal yang terpilih itu berkembang
menjadi kepentingan bersama untuk menghadapi para majikan mereka, dan
kepentingan bersama inilah yang mempersatukan mereka itu. Denga kata lain Marx
hendak mengatakan bahwa manusia sebagai orang perorang hanya akan bergabung
untuk membentuk suatu barisan (front) apabila harus melakukan konfrontasi
terhadap golongan lain. kalua tidak, mereka akan hidup saling bertentangan satu
sama lain dan selalu di dalam suasana bermusuhan.
Kemampuan
kepentingan bersama (common interest) dari anggota-anggota satu lapisan sosial
tertentu diperoleh dari lapisan sosial itu juga dari kedudukan lapisan sosial
itu di dalam struktur sosial dan hubungan-hubungan produksi. Hanya orang-orang
yang berkedudukan sama yang terlibat di dalam pertikaian akan mengubah
pengertian “klase an sich” (kelas pada hakekatnya) menjadi “klasse fur sich”
(kelas untuk kepentingan pribadi) dimana orang-orang itu akan terlibat di dalam
perjuangan bersama dan oleh karenanya mereka menjadi sadar akan nasib yang
menimpa mereka.
Meskipun
sejumlah orang menempati posisi yang sama dalam proses produksi dan meskipun
secara obyektif mereka mempunyai tujuan yang sama, hanya dengan mempersatukan
diri mereka mampu membentuk suatu kesadaran kelas dan yang merupakan suatu
badan yang menentukan sejarah, apabila mereka menyadari akan kebersamaan
kepentingannya melalui konflik-konflik dengan kelas-kelas oposisi.
Bagi
Marx, dasar dari sistem stratifikasi adalah tergantung dari hubungan
kelompok-kelompok manusia terhadap sarana produksi. Yang termasuk ke dalam
kelas modern yang terpenting hanyalah mereka yang bisa disebut “pemilik tenaga
kerja”, pemilik modal, dan tuan-tuan tanah yang sumber keuangannya yang
terpenting tergantung dari penerimaan upah, laba dan sewa tanah. Yang disebut
kelas dalam hal ini adalah suatu kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi dan
tujuan yang sama dalam organisasi produksi. Meskipun demikian, sebagaimana
dapat dilihat bahwa dari kelompok yang mempunyai nasib yang sama kelas-kelas
yang memiliki kesadaran diri memerlukan sejumlah kondisi tertentu untuk
menjamin kelangsungannya, yaitu mereka memerlukan adanya suatu jaringan
komunikasi di antara mereka, memusatkan massa rakyat, serta kesadaran akan
adanya musuh bersama dan adanya suatu bentuk organisasi yang rapi. Kesadaran
kelas hanya akan dan dapat tumbuh bila ada titik temu yang ideal terhadap
materi, yaitu kombinasi antara permintaan ekonomi dan politis dengan permintaan
moral dan ideologis.
Dengan
cara berpikir yang sama, Marx mengemukakan pernyataan bahwa kelas pekerja (kaum
buruh) harus mengembangkan kesadaran kelas, apabila kondisi tertentu yang
dibutuhkan untuk itu telah ada dan mendorong untuk menyatakan bahwa kaum
borjuis tidak mampu mengembangkan kesadaran yang sama bagi kepentingan kolektif
mereka karena adanya persaingan yang ketat antara produsen-produsen kapitalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar